Jumat, 09 Oktober 2009

si otong

SI OTONG


“ hmmm.. sebenernya hmmmm… aku hmmm suka sama kamu Yem.” ungkap cinta Otong lewat telepon.
“ Yang bener kamu Tong? Jangan suka bercanda ah masa kamu suka sama orang kayak aku hehe lucu kamu.” balas Tukiyem yang seolah tidak percaya.
“ Bener Yem aku ga bercanda, ya udah kalau kamu ga percaya besok kita ketemu di tempat biasa jam 12 siang, akan aku buktiin.” jelas Otong.
Tukiyem tersenyum sambil tersipu malu akan kata-kata Otong yang mengungkapkan cintanya. Tukiyem yang jarang bertemu Otong diam-diam juga menyimpan rasa yang sangat dalam di hatinya. Jantungnya seakan ingin lepas setiap mendengar suara Otong, apalagi saat Otong mengungkapkan cintanya. Tak tahan menyimpan berita bahagia ini sendirian, Tukiyem langsung bergegas ke rumah sahabatnya yang juga merupakan sahabat lama Otong, Marijem namanya. Sesampainya dirumah Marijem, Tukiyem langsung bercerita dengan lantang dan sambil tersenyum tanpa henti. Kata demi kata yang dikeluarkan Otong di telepon di ceritakan dengan lengkap oleh Tukiyem kepada Marijem.
“ Aduh Jem, aku sudah ga sabar nunggu hari esok hahaha mau ketemu Mas Otong.” ungkap Tukiyem.
“ Sabar aja Yem, nanti juga ketemu hehe, aku ikut senang kalau kamu senang Yem. “ balas Marijem.
“ Waduh Jem, masakanku belum aku matiin kompornya, gawat, nyonya bisa marah nih! Matii akuu!” oceh Tukiyem yang sedang panik.
“ Hah? Yang benar kamu Yem? Cepet gih pulang nanti kebakaran aja!” tanggap Marijem yang ikut panik.
Tukiyem langsung bergegas pulang ke rumah majikannya yang selang dua rumah dengan rumah majikan Marijem. Sesampainya di rumah, majikan Tukiyem sudah menunggu di meja makan dengan muka marah. Tukiyem sudah yakin bahwa dia akan dimarahi oleh majikannya, dan betul dugaannya dia dimarahi habis-habisan bahkan kalau mengulanginya lagi dia terancam dipecat. Hati Tukiyem yang sedang senang-senangnya berubah menjadi sedih dan takut, tetapi hal itu tidak berjalan lama, hati Tukiyem yang takut dan sedih kembali lagi menjadi bahagia sejak pertemuannya dengan Otong di taman pukul 12.00. Di sana Otong telah menyiapkan sekuntum bunga mawar harum untuk memikat dan meyakinkan hati Tukiyem bahwa dia benar-benar mencintai Tukiyem. Tanpa berpikir panjang pun Tukiyem menerima bunga sekaligus cinta dari Otong dan membalasnya dengan sebuah kecupan mesra di pipi kanan Otong. Kedua pasangan baru itu merayakan kebahagiaan mereka dengan makan sate ayam Pak Mamat di pinggir jalan, dengan mesra mereka saling suap menyuap sate tanpa peduli banyak orang, serasa dunia milik mereka berdua dan yang lainnya hanya menumpang. Waktu telah larut, Tukiyem dan Otong pun harus pulang ke rumah masing-masing. Kekhawatiran Otong akan Tukiyem membuat Otong mengantar Tukiyem sampai ke depan pintu gerbang rumah majikannya. Serasa tak ingin berpisah, Otong membalas kecupan mesra Tukiyem tadi siang dengan mengecup dahi Tukiyem.
Tukiyem yang seakan sedang menonton film komedi langsung masuk ke kamarnya dan menatap foto tampan dari Otong sampai ia tertidur lelap. Keesokan harinya, Tuiyem yang masih merasakan kebahagiaannya langsung bangun pagi dan bekerja sambil menyanyikan lagu cinta dengan handphone-nya. Seperti biasa yang tidak tahan menutupi kegembiraannya, selesai membereskan rumah, Tukiyem langsung ke rumah Marijem dan menceritakannya tanpa ada yang lupa sedikitpun. Sambil tertawa Marijem memberikan selamat kepada Tukiyem atas kebahagiaannya. Setelah selesai menceritakan hal itu kepada Marijem, Tukiyem yang sedang rindu dengan Otong mampir ke tempat kerja Otong dengan membawa serantang makanan untuknya. Otong tidak menyangka kedatangan Tukiyem yang secara tiba-tiba dan tidak direncanakan. Perasaan bahagia tersirat dari mata Otong karena kagum akan perhatian sang pacar.
“ Makasih ya saying, aku ga nyangka kamu ngelakuin ini semua, di tengah kesibukan kamu ngurus Bu Suyati kamu masih nyempetin masak buat aku.” kata Otong yang kagum.
“ Iya saying, sama-sama. Aku juga makasih sama kamu yang kemarin isiin aku pulsa secara diam-diam.” jawab Tukiyem lantang.
“ Lho…kok kamu tau Yem? Kan aku beliinnya pakai elektrik. “ tanya Otong yang bingung.
“ Iya dong, aku kan perhatian, jadi aku lihat kamu ke tukang pulsa kemarin sore hehe.” jawab Tukiyem bangga.
Ternyata kedua pasangan baru ini saling memperhatikan satu sama lain di tengah kesibukan mereka sebagai pekerja. Seiring berjalannya waktu, kisah percintaan mereka semakin membara bagaikan kobaran api. Hal itu pun membuat mereka semakin semangat dalam bekerja.
Suatu hari, tiba-tiba tangan Otong terkena palu saat memaku tembok di tempat kerjanya. Teman-teman menganggap itu hal biasa saat bekerja, tetapi hal itu terjadi berulang-ulangsampai hampir kesepuluh jari Otong mengeluarkan darah. Teman-teman kerja Otong terkejut melihat apa yang terjadi pada Otong. Setelah ditanya lebih lanjut, ternyata mata Otong tuba-tiba buram saat melihat. Entah apa penyebabnya mata Otong tiba-tiba memerah dan membengkak. Teman sekerja Otong semakin panik dan langsung menelpon Tukiyem yang merupakan satu-satunya orang terdekat Otong di Jakarta ini.
“ Opo?? Bojoku loro?? Neng ndi mas? suara Tukiyem yang panik saat mengangkat telepon dari teman Otong yang tidak mengerti Bahasa Indonesia.
Tak lama kemudian Tukiyem datang ke tempat proyek di mana Otong bekerja dengan membawa perkakas P3K. Dengan mata meringis, Tukiyem membersihkan darah Otong perlahan-lahan. Otong yang merintih kesakitan semakin tidak bisa melihat muka Tukiyem yang manis bahkan pada awal Tukiyem datang Otong tidak mengenali muka Tukiyem karena keburaman matanya. Beberapa menit kemudian mata Otong menatap dengan tatapan kosong seperti orang buta. Tukiyem semakin panik akan hal itu dan langsung membawa Otong ke puskesmas terdekat, tetapi Otong menolak dengan alasan belum gajian. Tukiyem sempat juga berpikir seperti itu namun ide bagus datang menghampiri otaknya. Tukiyem akan meminjam uang majikannya terlebih dahulu.
“Mas, tolong anter Mas Otong ke rumah sakit yo? Aku tak minjem duit dulu sm majikanku.” pinta Tukiyem.
Setelah mendapatkan pinjaman uang dari majikannya, Tukiyem langsung bergegas ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit ternyata Otong sudah selesai diperiksa dan diberi obat, matanya pun sudah mulai terlihat sedikit demi sedikit. Otong meminta temannya untuk menyembunyikan apa yang dikatakan dokter. Tukiyem bertanya-tanya tentang penyakit yang dideritanya tetapi hanya tidak apa-apa dan kecapaian yang dijawab Otong dan temannya. Tukiyem yang tidak tahu apa-apa percaya sepenuhnya akan hal tersebut dan tidak ada rasa curiga sedikit pun. Sesampainya di rumah Otong, Otong mulai sering melamun karena memikirkan apa yang dikatakan doker tadi siang. Otong selalu terngiang akan kata-kata dokter siang itu.
“ Setelah dirontgen ternyata Pak Otong mengidap penyakit kanker mata dan efek jangka pendek akan mengakibatkan buram-buram dan rabun sedangkan efek jangka panjang akan mengakibatkan kebutaan permanen.” jelas dokter.
Tak henti-henti Otong terbayang akan kata-kata dokter sampai ia tertidur.
Keesokan harinya Otong bertemu dengan Marijem, Marijem menanyakan bagaimana kabar Otong karena Marijem mendengar bahwa kemarin Otong sakit dari Tukiyem yang selalu bercerita jika ada sesuatu, apapun itu. Otong berpikir apa dia harus membertahu kebenarannya atau menyembunyikannya seperti yang dia lakukan kepada Tukiyem. Jika memberitahu kebenarannya Otong khawatir Marijem akan menceritakan semuanya kepada Tukiyem dan Tukiyem kan sedih memikirkannya. Tetapi di sisi lain, Otong butuh teman yang bisa membantu dia memberikan semangat. Akhirnya Otong pun memutuskan untuk bercerita dan Marijem berjanji tidak akan menceritakannya kepada Tukiyem. Setelah mendengar cerita Otong yang panjang lebar, Marijem terkejut dan langsung menangis karena tak kuasa menahan kesedihan yang dialami sahabatnya. Marijem juga bertanya mengapa Otong tidak mau memberitahu Tukiyem tentang masalah ini, jawaban yang sama keluar dari mulut Otong bahwa dia tidak mau Tukiyem bersedih memikirkan hal ini.
Beberapa hari kemudian Otong mulai bekerja kembali karena matanya sudah lumayan sembuh akibat kerja obat yang dikonsumsinya setiap hari. Sejak saat itu, Tukiyem rajin membawakan rantang makanan yang setiap hari didominasi oleh menu berisikan wortel, karena kata majikannya wortel sangat baik untuk kesehatan mata. Tetapi hal itu tidak banyak mempengaruhi, beberapa hari kemudian mata Otong mulai tidak bisa melihat lagi seperti yang lalu-lalu. Hal itu sering sekali terjadi pada Otong sampai suatu hari Otong tertabrak mobil sampai kepalanya mengalami luka yang cukup parah karena matanya. Setelah diperiksa ternyata Otong kembali mengalami kanker, kali ini kanker otak akibat benturan yang cukup keras. Otong semakin terpukul akan kedua penyakit yang dideritanya. Entah apa yang harus dia lakukan, rasanya dia ingin bunuh diri namun wajah Tukiyem selalu membuat dia untuk mengurungkan niatnya. Untuk kedua kalinya Tukiyem tidak tahu apa yang diderita sang kekasih dan untuk kedua kalinya pula Otong bercerita kepada Marijem tentang penyakit kedua yang dideritanya.
Kanker mata dan kanker otak membuat keadaan kesehatan Otong memburuk 60%, semakin hari Otong semakin kurus dan daya ingat maupun daya lihatnya semakin memburuk. Suatu hari tiba-tiba Otong tidak mengenali Tukiyem.
“Siapa kamu? Aku nda kenal sama kamu, pergi kamu! “ usir Otong.
“ Kamu ini apa-apaan toh mas, aku ini kan calon istrimu, masa nda kenal, jangan bercanda toh mas.” balas Tukiyem serius.
Otong sama sekali tidak mengenali Tukiyem bahkan mengusirnya. Tukiyem yang mengira Otong sedang bercanda meminta Otong untuk serius tetapi Otong tetap pada pendiriannya sampai Tukiyem marah dan langsung pulang. Di rumah, Tukiyem berpikir mengapa Otong bercanda sampai separah itu, biasanya Otong tidak pernah sampai mengusir Tukiyem. Sejak saat itu Tukiyem mulai curiga ada sesuatu yang terjadi pada Otong dan disembunyikan darinya. Tukiyem mulai berpikir bagaimana untuk mengetahui hal tersebut. Seperti biasa Tukiyem menceritakan hal tersebut serta menanyakan pendapat Marijem, tetapi Marijem hanya menjawab : “ aku tidak tahu, mungkin hanya perasaan kamu saja Yem!” jawab Marijem dengan suara ketakutan. Saat menjawab muka Marijem pun terlihat pucat layaknya melihat hantu. Kecurigaan Tukiyem semakin membesar, hal itu memacu dia untuk semakin tahu apa yang disembunyikan. Dia kembali bertanya kepada teman Otong, lagi-lagi hasilnya nihil, jawabannya sama persis seperti Marijem seakan sudah di rencanakan. Tukiyem mulai menyerah dan tidak tahu lagi harus bertanya pada siapa, dia hanya bisa berpikir tentang apa yang terjadi kepada Otong tanpa tahu kebenarannya.
Keadaan Otong yang semakin parah membuat Otong tidak bisa bekerja lagi. Hari ini matanya melihat dengan jelas, esok hari matanya tidak bisa melihat apa-apa. Hari ini dia ingat Tukiyem dan yang lainnya, esok hari dia lupa segalanya. Saat otaknya mampu mengingat Tukiyem dia mulai berpikir untuk menjauh dari Tukiyem dengan alasan tidak mau merepotkan Tukiyem dan tidak bisa melihat Tukiyem menangis. Selagi ingat dia langsung bergegas pergi dari tempat kost-nya menuju rumah temannya yang jauh dari situ, beberapa hari menginap di sana, Otong langsung diantar pulang ke kampong halamannya di Madiun. Sepanjang perjalananya Otong hanya memikirkan Tukiyem, dia merasa sedikit bersalah meninggalkan Tukiyem dengan hanya meninggalkan sepucuk surat kepada temannya untuk disampaikan kepada Tukiyem.
“ Yem, ono surat dari Otong, iki!” sambil memberikan suratnya.
“ Ono opo yo Mas Otong tiba-tiba kasih aku surat?” Tukiyem langsung deg-degan.
Dibukanya surat itu, surat itu berisikan :
Tukiyem ku sayang, kamu adalah satu-satunya orang yang bisa membentuk seulas senyum dimukaku, kamu satu-satunya orang yang bisa membuat hari-hariku menjadi bermakna. Tanpa kamu aku tidak akan menjadi apa-apa dan siapa-siapa. Cinta yang kamu kasih ke aku udah lebih dari cukup untuk menyemangati diriku, tapi sekarang semua itu akan tinggal kenangan. Kenangan yang ga akan aku lupain sedikitpun, setitikpun. Di manapun kamu dan aku berada, sejauh apapun kita terpisah, kamu akan tetap dalam hatiku, tak akan ada yang bisa mengganti posisimu dihatiku Tukiyem. Sekarang aku harus pergi, pergi jauh meninggalkanmu, walau hati ini tak rela, tapi aku harus melakukannya demi cinta kita Yem. Maafin aku yem, aku ga bisa jadi orang yang kamu harapkan. Cuma sepucuk surat ini yang bisa aku tulis sebagai lambang cintaku padamu Tukiyem. Aku akan selalu mencintaimu selamanya sampai kumati. Otong love Tukiyem forever and ever!
Salam peluk hangat dan cium

Otong
Air mata tertetes pada surat tersebut saat Tukiyem membacanya. Tak kuasa dia menahan kesedihannya saat membaca pesan dari Otong. Tukiyem tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan, apa dia harus hidup apa dia harus mati. Rasanya dia sangat ingin pergi dari semua ini, pergi meninggalkan dunia dan segalanya. Di sisi lain, Otong yang sedang mempejuangkan hidupnya pun seakan tak mampu lagi bertahan hidup. Setiap hari ibu dan ayahnya di kampung menangisi nasib buruk anaknya. Doa dari sanak saudara tak henti-hentinya ditujukan kepada Otong yang terbaring lemah di tempat tidur.
Di Jakarta, Tukiyem yang hidup sebatang kara mencoba membujuk Marijem dan teman Otong untuk menceritakan apa yang terjadi pada Otong dengan isak tangis. Tukiyem mengancam bunuh diri jika Marijem dan teman Otong tidak memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Dengan terpaksa, Marijem dan teman Otong membongkar semua yang terjadi.
“ Sebenernya…” ucap Marijem ragu.
“ Apa Yem?? Cepat bilang sama aku!” paksa Tukiyem sambil menangis.
“ Sebenarnya Otong mengidap penyakit kanker mata dan kanker otak Yem.” jawab Marijem terbata-bata.
Mendengar jawaban Marijem tersebut Tukiyem langsung pingsan dan cepat-cepat dibawa ke puskesmas. Setelah sadar, Tukiyem langsung minta penjelasan secara detail. Marijem dan teman Otong pun menjelaskannya, dan teman Otong memberitahukan bahwa sekarang Otong tinggal di kampung halamannya di Madiun. Tanpa pikir panjang, Tukiyem langsung meminta alamatnya secara lengkap dan pergi menyusul Otong tanpa membawa selembar baju pun. Selama perjalanan Tukiyem hanya bisa menangis sambil memeluk surat dari Otong. Setelah memakan perjalanan selama 8 jam, Tukiyem berhasil sampai di rumah Otong. Tukiyem melihat dengan mata kepalanya sendiri Otong sudah terkujur kaku ditempat tidur dikelilingi dengan keluarganya yang menangis dan badannya dilapisi dengan kain putih. Tangis, hanya tangis dan penyesalan yang bisa diluapkan oleh Tukiyem. Saudara Otong yang tidak mengenal Tukiyem menanyakan identitasnya, dan diberikannnya selembar kertas dari Otong sebelum ia pergi menghadap Tuhan.
Selamat tinggal Tukiyem, aku akan selau menunggumu di surga.
Satu kalimat penuh makna ditulis Otong sebelum dia bernafas untuk terakhir kalinya. Tangis Tukiyem semakin meldak setelah membaca kertas yang ditinggalkan Otong. Sambil memeluk jasad Otong, Tukiyem mengucapkan selamat tinggal kepada Otong. Otong dimakamkan di kuburan keluarganya di belakang rumahnya, setiap hari Tukiyem selalu melayangkan doa di tempat peristirahatan terakhir Otong tanpa henti. Sampai suatu saat Ibu Otong menceritakan riwayat hidup Otong yang selalu bekerja keras dan pantang menyerah dari kecil hingga dia pergi untuk selamanya. Ternyata Otong juga sering menceritakan Tukiyem kepada orang tuanya dikampung dan dia juga berjanji akan memberikan orang tuanya cucu dari rahim Tukiyem, selain itu Otong juga bercita-cita ingin membuat perpustakaan umum agar meningkatkan minat baca terhadap anak-anak. Tetapi harapan itu sudah terkubur dalam-dalam bersama jasadnya.
Setelah menemani keluarganya selama dua pekan, Tukiyem memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Marijem dan teman Otong baru mendengar berita duka ini dari Tukiyem, mereka juga menangis dan merasa kehilangan sosok pria pekerja keras, Otong. Karena melihat sosok Otong sebagai orang yang penuh tanggung jawab, pekerja keras, dan pantang menyerah, Tukiyem, Marijem dan teman Otong sepakat untuk membuat suatu perpustakaan umum sebagai perwujudan dari salah satu cita-cita Otong yang belum tercapai. Perpustakaan tersebut dibuat dengan nama Otong is The Best, yang artinya Otong yang terbaik. Sejak munculnya perpustakaan tersebut, minat anak-anak terhadap buku bacaan semakin meningkat. Tempat tersebut selain untuk membaca juga sebagai tempat pelepas rindu akan Otong. Tukiyem, Marijem, dan teman Otong semakin bekerja keras dalam bekerja karena mengikuti teladan Otong yang selalu hidup di hati mereka.

Senin, 05 Oktober 2009

cerita mangkoksumpit

halooo mangkok hahaha akhirnya jadi juga blog kita. kata2 lo diposting awal boleh juga, lbih bgs drpd cerpen lo itu hahahha. sebenarnya mangkok dan sumpit tidak menyangka bisa membuat blog seperti ini, awalnya hanya main2 sampai menjadi blog beneran, semua ini akibat keahlian mangkok dalam bidang komputer apalagi memiliki bapak seorang guru komputer :p mangkok dan sumpit hampir setiap hari melewati hari-hari sekolah bersama, dari ke wc bersama, ke tata usaha bersama, sampai mengambil LCD bersama. bahkan kami sering sekali menghitung berapa lama lagi waktu kami sekolah saking inginnya keluar dari sekolah. benar yang dikatakan mangkok bahwa kami memiliki banyak kesamaan bhkn kampung halaman yang sama hahaha ya kan kok?

Minggu, 04 Oktober 2009

blog si mangkok sumpit

gutten tag! buat sumpit.. perkenalkan gw mangkok.. pembuat blog ini. sebenernya kepemilikan blog ini ada dua orang yang menyebut namanya mangkok dan sumpit.
sekilas tentang mangkok sumpit..
mereka berdua duduk di kelas 3 salah satu sekolah swasta bilangan jakarta selatan. bersekelah di bangunan yang sudah berumur dan sering mendapat banyak kiriman air.
mangkok sumpit bertemu kelas 1 sma dan mulai kenal pada kelas 2 sma karena satu kelas.
2 tahun bersama dan ternyata memiliki banyak kesamaan yang aneh dan membingungkan. keduanya nerasal dari sebuah pulau indah di barat Indonesia. cita-cita mereka ingin SECEPATNYA menyelesaikan sekolah dan mangkok bercita-cita ke ITB sementara sumpit ke Atma Jaya. dengan adanya blog ini diharapakan dapat menjadi penghubung antara mangkok dan sumpit sebagai sarana komunikasi muali dari sekarang sampai nanti...
eh sum bahasa gw ok kan? ahahaha selamat mengisi ya sumpit..